Rabu, 30 April 2014

TIPS MENJAGA HUBUNGAN

TIPS MENJAGA HUBUNGAN
  1. Saling percaya
  2. Menjaga rasa sayang dengan sepenuh hati
  3. Menerima kekurangan pasangan dengan ikhlas
  4. Menjaga komunikasi 
  5. Saling pengertian dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun
  6. Jangan membandingkan dengan orang lain
  7. Jangan mengingat mantan 
  8. Memiliki rasa empati terhadap apa yang dirasakan pasangan
  9. Selalu menjaga perasaannya
  10. Melakukan hal yang disukai pasangan namun tidak melanggar norma yang berlaku
  11. Ingatkan dia hal-hal penting baginya
  12. Memberi surprise yang tiada diduganya
  13. Selalu bersikap apa adanya di depan atau di belakangnya
  14. Tidak berbicara menyinggung perasaannya
  15. Menjaga nama baiknya 
  16. Ingin membuat dia bangga dengan karya kita sendiri
  17. Tidak cemburu buta
  18. Berfikiran positif tentangnya
  19. Tidak mengekang 
  20. Tidak memaksakan kehendak diri sendiri





SEMOGA BERMANFAAT BAGI PEMBACA, JANGAN TAKUT UNTU PATAH HATI, KARENA ITU MEMANG REALITA KEHIDUPAN YANG TIDAK BISA DIHINDARI.............. GOOD LUCK U, BY MILA DIANA.......


 

Minggu, 27 April 2014

KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN



TUGAS TERSTRUKTUR
MAKALAH
MICRO TEACHING
KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN”

Dosen Pengampu:



Drs. ERDI INDRA

DISUSUN
KELOMPOK I
HAMISAH
NURMILA
SITI JAMAH
SYAHARUDDIN
Mahasiswa Semester: VI/PGMI/B
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2014

KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
(SET INDUCTION AND CLOUSER)

Pada awal pelajaran, tidak semua siswa memiliki kesiapan mental dan tertarik untuk mengikuti hal-hal yang akan dipelajari. Siswa yang selesai mengikuti pelajaran olahraga atau matematika kemudian berpindah ke pelajaran berikutnya seperti pendidikan Agama, maka kondisi pikiran dan perhatian siswa kebanyakan masih pada pelajaran yang pertama.  Demikian pula selama proses pelajaran berlangsung kesiapan mental dan perhatian belajar siswa tidak selalu tertuju pada hal-hal yang dipelajari, sehingga mempengaruhi perolehan hasil belajar siswa.  Dalam otak setiap siswa itu sudah tersedia kapling-kapling sesuai dengan pengalaman masing-masing. Suatu materi pelajaran baru akan mudah diterima di otak kita, mana kala sudah tersedia kapling yang relevan. Demikian juga sebaliknya, materi pelajaran baru tidak mungkin mudah dicerna manakala belum tersedia kapling yang relevan. Sama halnya dengan kerja sebuah computer, kita akan sulit memasukkan data seandainya belum tersedia filenya. Oleh sebab itu perlu disiapkan filenya.
Sebagaimana kerja computer, manakala kita sudah masukkan data dalam sebuah file, maka sebelum mengakhiri pekerjaan kita harus menyimpan dengan cara mensave data tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar data tersebut akan menjadi bagian dari materi yang ada sebelumnya. Demikian juga halnya dengan menutup pelajaran. menutup pelajaran perlu dilakukan agar pengalaman belajar serta materi pelajaran yang telah diterima akan menjadi bagian dari keseluruhan pengalaman siswa.
A.    KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN (SET INDUCTION)
1.      Definisi Membuka Pelajaran
Definisi membuka pelajaran menurut para ahli yaitu:
a.       Menurut Wina Sanjaya, membuka pelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai Kompetensi yang diharapkan. Dengan kata lain, membuka pelajaran adalah mempersiapkan mental dan perhatian siswa agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.[1]
b.      Menurut Didi Supriadi dan Deni Darmawan, membuka pelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru/instruktur/widyaiswara pada saat mengawali pembelajaran dalam rangka menciptakan kondisi bagi peserta didik agar fisik, mental, perhatian, motivasi terpusat dan bangkit untuk melakukan aktivitas pembelajaran dengan tujuan untuk menciptakan kondisi siap belajar bagi sasaran didik.[2]
c.       Menurut Rusman, kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memulai pelajaran. Membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.
d.      Menurut Abimanyu dalam Rusman membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan kondisi atau suasana siap mental yang menimbulkan perhatian siswa agar terpokus pada hal-hal yang akan dipelajari. Jadi, membuka pelajaran merupakan pengkondisian awal agar mental dan perhatian siswa terpusat pada materi yang akan diajarkann serta memiliki motivasi yang tinggi untuk terus mengikuti pembelajaran sampai selesai dengan semangat dan kosentrasi yang tinggi. [3]
e.       Menurut Syaiful Bahri Djamarah keterampilan membuka pelajaran adalah perbuatan guru untuk menciptakan siap mental dan menimbulkan perhatian anak didik agar berpusat pada yang akan dipelajari.[4]
f.       Sardiman mengemukakan yang dimaksud membuka pelajaran adalah seberapa jauh kemampuan guru dalam memulai interaksi belajar mengajar untuk suatu jam pelajaran. Dengan kata lain, kesan pertama yang baik akan membuahkan hasil baik pula.[5]
g.      Mulyasa juga menambahkan bahwa membuka pelajaran merupaka suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan.[6]
h.      Menurut Wingkel dalam Hamzah B. Uno mengemukakan bahwa membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada apa yang akan dipelajari.[7]
i.        Menurut Bukhari Alma, keterampilan membuka pelajaran adalah keterampialn guru untuk menciptakan kesan respektif di kalangan siswa, pada saat mulai memasuki kelas, pengakraban diri dan menunjukan sikap empati,  serta menumbuhkan perhatian dan kesadaran diri di kalangan siswa.[8]
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membuka pelajaran adalah kemampuan seorang guru dalam mempersiapkan mental dan menarik perhatian peserta didik sebelum memasuki pelajaran agar siswa terpusat dengan apa yang akan dipelajari serta peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk terus mengikuti pembelajaran sampai selesai dengan semangat dan kosentrasi yang tinggi pula hingga kompetensi yang diinginkan tercapai secara maksimal.
Kegiatan membuka pelajaran dimaksudkan untuk menyiapkan mental siswa agar ikut terlibat memasuki persoalan yang akan dibahas dan memicu minat serta pemusatan perhatian siswa pada materi pelajaran yang akan dibicarakan dalam kegiatan pembelajaran.[9]
Kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan guru, karena dengan permulaan yang baik akan mempengaruhi jalannya kegiatan belajar selanjutnya. Bila berhasil melakukan kegiatan pembukaan, maka sangat dimungkinkan kegiatan inti dan penutup akan berhasil.[10]
Keterampilan membuka pelajaran merupakan kunci dari seluruh proses pembelajaran yang harus dilaluinya. Sebab jika seorang guru pada awal pembelajaran tidak mampu menarik perhatian peserta didik maka proses tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik.[11]
2.      Tujuan Membuka Pelajaran
Tujuan umum membuka pelajaran adalah agar proses dan hasil belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Efektifitas proses dapat dikenali dari ketepatan langkah-langkah belajas siswa, sehingga didapatkan efisiensi belajar yang maksimal. Sedangkan efektivitas hasil dapat dilihat dari taraf penguasaan siswa terhadap Kompetensi dasar yang dapat dicapai.
Menurut Hasibuan dalam Marno dan Idris, tujuan khusus membuka pelajaran dapat diperinci sebagai berikut:
a.       Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas pembelajaran yang akan dikerjakan.
b.      Peserta didik mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
c.       Peserta didik mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari mata pelajaran.
d.      Peserta didik mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum dikenalnya.
e.       Peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang tercantum dalam suatu peristiwa.[12]

Menurut Udin S. Winataputra, dkk. Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan membuka pelajaran adalah:
a.       Menyiapkan mental siswa untuk memasuki kegiatan inti pelajaran
b.      Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran
c.       Memberikan gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas yang harus dikerjakan siswa
d.      Menyadarkan siswa akan hubungan antara pengalaman/bahan yang sudah dimiliki/diketahui dengan yang akan dipelajari
e.       Memberikan gambaran tentang pendekatan atau kegiatan yang akan diterapkan atau dilaksanakan dalam kegiatan belajar.[13]
3.      Prinsip-Prinsip Membuka Pelajaran
Prinsip membuka pelajaran adalah sebagai berikut:
a.      Bermakna
Prinsip bermakna adalah mempunyai nilai tercapainya tujuan penggunaan keterampilan membuka pelajaran. Artinya, cara guru dalam memilih dan menerapkan komponen keterampilan membuka pelajaran mempunyai nilai yang sangat tepat bagi siswa dalam mengkondisikan kesiapan dan ketertarikan siswa untuk mengikuti pelajaran. oleh karena itu, dalam memilih jenis kegiatan untuk membuka pelajaran, perlu mempertimbangkan relevansinya dengan tujuan membuka pelajaran tersebut. Untuk memperoleh kebermaknaan yang dimaksud, guru dapat memilih kegiatan ataupun keterangan yang ada kaitannya dengan materi pelajaran.
b.      Kontinu (Berkesinambungan)
Kontinu maksudnya antara gagasan pembukaan dengan pokok bahasan tidak  terjadi garis pemisah. Oleh karena itu, gagasan pembukaan dengan pokok bahasan dari segi materi harus ada relevansinya.[14]
c.       Fleksibel (Penggunaan secara luwes)
Fleksibel dalam kaitan ini berarti penggunaan yang tidak kaku, dalam arti tidak terputus-putus atau lancar. Kelancaran dalam susunan gagasan, ide, atau cerita dapat memudahkan peserta didik dalam mengkonsepsi keutuhan konsep pembuka dan dapat pula dengan mudah mengantisipasi pokok bahasan yang akan dipelajari. Dalam konteks fleksibel tidak harus mengungkapkan gagasan, namun bisa dengan bertanya, membawa benda model, menunjuk siswa untuk menjadi model, memberi teka-teki dan sejenisnya yang relevan dengan pokok bahasan.
d.      Antusiasme dan kehangatan dalam mengomunikasikan gagasan
Antusiasme menandai kadar motivasi yang tinggi dari guru dan hasil ini akan berpengaruh pada motivasi yang tinggi pula pada peserta didik. Antusias dan kehangatan dapat ditunjukkan misalnya dengan bertanya kabar peserta didik, menanyakan mengapa teman mereka tidak bisa masuk atau bercerita sedikit yang dapat menyentuh perasaan yang menunjukkan simpati dan empati.
e.       Prinsip teknis
Prinsip teknis dapat diuraikan sebagai berikut:
-       Singkat, padat dan jelas
-       Tidak berulang-ulang atau berbelit-belit
-       Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak
-       Disertai contoh atau ilustrasi seperlunya
-       Mengikat perhatian anak[15]
Menurut Hasibuan, dkk beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam membuka dan menutup pelajaran adalah:
a.      Kebermaknaan
Kegiatan yang dilakukan dalam membuka dan menutup pelajaran haruslah bermakna, artinya relevan dengan materi yang akan dibahas dan sesuai dengan karakteristik siswa sehingga mampu mencapai tujuan yang diinginkan.
b.      Berurutan dan berkesinambungan
Membuka dan menutup pelajaran merupakan bagian yang utuh dari kegiatan pembelajaran, bukan merupakan kegiatan yang lepas dan berdiri sendiri. Aktivitas yang ditempuh guru dalam mengenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian yang utuh (merupakan suatu kebulatan). Kaitan antara bagian satu dengan yang lain  atau dengan pengalaman siswa harus jelas.[16]
4.      Komponen Membuka Pelajaran
a.      Menarik perhatian siswa-siswi
Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhatian siswa-siswi terhadap pelajaran yang akan disajikannya, antara lain melalui gya mengajar guru, penggunaan media dan sumber belajar yang bervariasi dan penggunaan pola interaksi belajar mengajar yang bervariasi. Seorang guru yang mengajar dengan duduk saja atau hanya berdiri disudut tanpa banyak gerak akan membuat siswa-siswi mengantuk. Sebaiknya guru memvariasikan gaya mengajarnya, baik melalui gerakan maupun penggunaan suara dan intonasi dalam cara masuk kelas dan sebagainya.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam upaya menarik perhatian siswa-siswi adalah pola interaksi. Menurut Marno dan Idris, pola interaksi yang monoton biasanya tidak berhasil memikat perhatian siswa siswi untuk waktu yang lama, oleh karena itu perlu adanya variasi dalam pola interaksi.[17]
Menarik perhatian siswa yang bisa dilakukan dengan:
-          Gaya mengajar guru
-          Meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya.
-          Melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa, misalnya dengan menggunakan alat bantu.
-          Melakukan interaksi yang menyenangkan.[18]
b.      Menimbulkan motivasi
Menurut Oemar Hamalik, ada tiga fungsi motivasi yaitu
-          Sebagai pendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
-          Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
-          Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.[19]
Empat cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa siswi yakni kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat belajara siswa siswi.
-          Guru hendaknya memiliki sikap yang ramah, penuh semangat, dan hangat dalam berinteraksi dengan siswa siswi.
-          Untuk membangkitkan rasa ingin tahu dalam diri setiap siswa-siswi, guru dapat melakukan berbagai kegiatan, antara lain bercerita, yang menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan, mendemonstrasikan suatu peristiwa.
-          Ide yang bertentangan dapat juga dikemukakan untuk memulai pelajaran
-          Karena setiap siswa-siswi memiliki perbedaan individual , guru harus memperhatikan minat umum yang dimiliki siswa misalnya mengenai usia, lingkungan, adat istiadat, budaya atau status social ekonomi.[20]
c.       Memberi acuan
Abimanyu dan Raka Joni dalam Mulayasa mengemukakan bahwa memberi acuan atau rambu-rambu adalah usaha mengemukakan secara spesifik  dan singkat serangkaian alternative yang memungkinkan siswa-siswi memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pelajaran.[21] Menurut Mulyasa, memberikan acuan dapat dilakukan dengan cara:
-          Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
Hal ini dilakukan agar peserta didik memperoleh gambaran mengenai ruang lingkup materi yang akan dipelajari dan tugs-tugas yang harus dikerjakan.
-          Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
Hal ini bertujuan agar cara belajar peserta didik terarah apalagi dalam mengerjakan tugas-tugasnya, guru terlebih dahulu memberikan contoh atau melakukan demonstrasi.
-          Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya guru mengingatkan peserta didik untuk menemukan hal-hal positif atau negatef dan sifat-sifat mengenai suatu konsep manusia, benda atau gambar.
-          Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan sebelum menjelaskan materi pembelajaran akan mengarahkan peserta didik terhadap isi pelajaran yang akan dipelajari. Misalnya, sebelum dijelaskan bahwa hujan berasal dari uap, guru dapat mengajukan pertanyaan untuk membantu peserta didik memahami terjadinya penguapan.[22]
d.      Membuat kaitan
Untuk membuat kaitan dalam membuka pelajaran, guru dapat melakukannya dengan menghubungkan antara materi yang akan disampaikan dengan materi yang telah dikuasai siswa-siswi. Disamping itu perlu dikaitkan dengan pengalaman, minat, dan kebutuhan siswa-siswi.
Cara yang dapat dilakukan guru antara lain:
-          Mengajukan pertanyaan apersepsi
-          Mengulas sepintas besar isi pelajaran yang telah lalu
-          Mengaitkan materi yang diajarkan dengan lingkungan peserta didik
-          Menghubung-hubungkan bahan pelajaran yang sejenis dan berurutan, misalnya, itik, ayam dapat dihubungkan satu sama lain untuk mengajarkan tentang unggas.[23]
B.     KETERAMPILAN MENUTUP PELAJARAN
1.      Definisi Menutup Pelajaran
Defenisi menutup pelajaran menurut para ahli sebagai berikut:
a.       Menurut Didi Supriadi dan Deni Darmawan, menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru/instruktur/widyaiswara untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan tujuan memberi gambaran menyeluruh tentang pengalaman pembelajaran dan hasil belajar.[24]
b.      Menurut Mulyasa, menutup pelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran.[25]
c.       Wina Sanjaya mengemukakan menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.[26] Dalam bukunya yang lain Wina menjelaskan bahwa menutup pelajaran dilakukan agar pengalaman belajar serta materi pelajaran yang telah diterima akan menjadi bagian dari keseluruhan.
d.      Zainal Asril mengemukakan bahwa menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru dalam mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok pelajaran. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar pendidikan menyatakan bahwa kemajuan hasil belajar paling besar terjadi pada akhir pembelajaran dengan cara memberi suatu ringkasan pokok-pokok materi yang sudah dibicarakan. Kegiatan menutup pelajaran dilakukan bukan di akhir jam pelajaran, akan tetapi pada setiap akhir pokok selama satu jam pelajaran.[27]
e.       Menurut Syaiful Bahri Djamarah, menutup pelajaran adalah mengakhiri kegiatan inti pelajaran.[28]
f.       Moch Uzer Usman mengemukakan, menutup pelajaran (clouser) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.[29]
Berdasarkan pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan mengakhiri kegiatan inti pelajaran dengan kata lain, memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa dengan mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
2.      Tujuan Menutup Pelajaran
Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan menutup pelajaran adalah:
a.       Memantapkan pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung
b.      Mengetahui keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran yang telah dijalani
c.       Memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru saja dikuasai.[30]
3.      Komponen Menutup Pelajaran
a.      Meninjau kembali
Meninjau kembali pelajaran yang telah disampaikan dapat dilakukan dengan cara merangkum inti pelajaran atau menarik suatu kesimpulan yang mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan pokok-pokok materi yang telah disajikan. Kegiatan ini merangkum dan menarik kesimpulan dapat dilakukan oleh peserta didik di bawah bimbingan guru, oleh guru, atau peserta didik bersama guru.
Menurut Marno & Idris, meninjau kembali dapat dilakukan dengan:
-          Merangkum inti pelajaran
Guru meminta siswa membuat rangkuman baik secara lisan ataupun tertulis. Rangkuman ini dapat dilakukan secara individu atau kelompok.
-          Membuat ringkasan
Dengan membuat ringkasan siswa dapat memantapkan penguasaan inti dari pokok-pokok materi pelajaran yang telah dipelajarinya.[31]
b.      Mengevaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang dilakukan dan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran. hasil evaluasi dapat digunakan untuk berbagai kepentingan untuk memberi penilaian terhadap peserta didik dan juga sebagai balikan untuk memperbaiki program pembelajaran.[32]
Evaluasi dapat dilakukan dengan:
-          Meminta anak didik mendemonstrasikan keterampilan yang baru saja dipelajari.
-          Meminta anak untuk mengaplikasikan konsep atau ide yang baru pada situasi yang berbeda
-          Meminta anak didik mengekspresikan pendapat sendiri
-          Meminta anak didik mengerjakan soal tertulis baik objektif maupun subjektif.[33]
c.       Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dilakukan. Kegiatan tindak lanjut perlu diberikan oleh guru agar terjadi pemantapan pada diri peserta didik terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.[34]
d.      Memberi dorongan psikologi atau sosial
Unsur manusiawi dalam interaksi guru-siswa adalah saling menghargai dengan memberikan dorongan psikologis atau social yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengarajaran. Hal ini dapat dilakukan guru dalam setiap akhir pelajaran dengan kata-kata pujian. Memberikan dorongan psikologis atau social dapat dilakukan dengan cara antara lain:
-          Memuji hasil yang dicapai oleh peserta didik dengan memberikan pujian maupun hadiah.
-          Mendorong untuk lebih semangat belajar mencapai kopetensi yang lebih tinggi dengan menunjukkan pentingnya materi yang dipelajari.
-          Memberikan harapan-harapan positif terhadap kegiatan belajar yang baru saja dilaksanakan
-          Meyakinkan akan potensi dan kemampuan peserta didik terhadap keberhasilan pencapaian kompetensi belajar dalam menumbuhkan rasa percaya diri.
C.    PELAKSANAAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan pada setiap awal dan akhir pelajaran. Artinya sebelum guru menjelaskan sebuah materi terlebih dahulu guru harus dapat mengkondisikan mental dan menarik perhatian siswa pada materi yang akan dipelajari. Contohnya dengan menimbulkan motivasi dan memberi acuan  atau struktur pelajaran dengan menunjukkan tujuan atau kopetensi dasarsecara indikator hasil belajar, pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu belajar kepada siswa. Demikian pula sebelum mengakhiri pelajaran, terlebih dahulu guru harus menutup pelajaran, misalnya dengan memberikan rangkuman atau mengadakan evalusi.
Pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan juga pada setiap awal dan akhir penggal kegiatan inti pelajaran. Artinya, seorang  guru dalam mengawali dan mengakhiri satu penggal inti pokok-pokok materi pelajaran juga harus melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran. Contohnya, membuka pelajaran dengan mengaitkan antara inti pokok materi yang sudah dikuasai siswa misalnya materi definisi dan kegunaan transformasi dalam kehidupan sehari-hari  dengan inti pokok materi  yaitu pemecahan masalah dalam bentuk soal. Dan setiap inti pokok materi yang sudah dipelajari siswa juga harus ditutup dengan sebuah pemantapan atau evaluasi materi dengan cara mengajukkan sebuah pertanyaan dan memberikan kesimpulan materi tersebut.[35]
Pelaksanaan kegiatan membuka dan menutup pelajaran tersebut dapat digambarkan sebagaimana bagan berikut:




















Oval: 1
Oval: 2
Oval: 3





MENUTUP
P
E
L
A
J
A
R
A
N

 


MEMBUKA
P
E
L
A
J
A
R
A
N

 











 
 







 
                            Membuka pelajaran

 
                            Menutup pelajaran
                            Inti pelajaran          
1,2,3                Penggal pelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Bukhari Alma. 2009. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Didi Supriadie & Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Cet. Ke-1.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Eni Purwati, dkk. 2009. Modul PGMIl: Micro Teaching. Surabaya: Aprinta.

Hamid Darmadi. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar. Cet. Ke-2. Bandung: Alfabeta.

Hamzah B. Uno. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Cet. Ke-4. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan. 2009.  Proses Belajar Mengajar. Cet Ke-13. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marno & Idris. 2010. Strategi &MetodePengajaran. Cet ke-7. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Moch Uzer Usman. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2010. Menjadi Guru Profesional. Cet. Ke-9. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Cet. Ke-12. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Cet. Ke-4. Jakarta: Rajawali Pers.

Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Rajawali.

Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik: Dalam Interaksi Edukatif. Cet,. Ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.

Udin. S. Winataputra. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Cet Ke-6. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wina Sanjaya. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Cet. Ke-4. Jakarta: Kencana, 2008.
Wina Sanjaya. 2009.  Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cet. Ke.6. Jakarta: Kencana.

Zainal Asril. 2012. Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers.



[1]Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-4. Hlm. 171.
[2]Didi Supriadie & Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. Ke-1. Hlm. 154.
[3]Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. Ke-4. Hlm. 80.
[4]Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik: Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), Cet,. Ke-2. Hlm. 138.
[5]Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1986), Hlm. 208.
[6]Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. Ke-9. Hlm.84.
[7]Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. Ke-4. Hlm. 174.
[8]Bukhari Alma, Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2009). Hlm. 13-14.
[9]Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. Ke-2. Hlm. 4.
[10] Rusman, Op.Cit., Hlm. 81.
[11] Zainal Asril, Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan,(Jakarta; Rajawali Pers, 2012). Hlm. 70.
[12]Marno & Idris, Strategi &MetodePengajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Cet ke-7. Hlm. 78.
[13]Udin. S. Winataputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), cet ke-6. Hlm. 8.4.
[14] Marno & Idris, Op. Cit.,Hlm. 79.

[15]Ibid,, Hlm. 80-82.
[16]Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet ke-13. Hlm. 74.
[17]Eni Purwati, dkk, Modul PGMIl: Micro Teaching, (Surabaya: Aprinta, 2009). Hlm. 4.12.
[18] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. Ke.6. hlm. 43.
[19]Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. Ke-12. Hlm. 161.
[20] Eni Purwati, dkk, Op.Cit., Hlm. 4.14.
[21] Mulyasa, Op.Cit., Hlm. 86.
[22]Ibid., Hlm.87.
[23]Ibid., Hlm.88.
[24] Didi Supriadie & Deni Darmawan, Op.Cit., Hlm. 155.
[25] Mulyasa, Op.Cit., Hlm.84.
[26] Wina Sanjaya,Op.Cit.,Hlm. 43.

[27]Zainal Asril, Op. Cit., Hlm. 71.
[28]Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., Hlm. 139.
[29]Moch Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. Ke-24. Hlm. 92.
[30]Udin. S. Winataputra,  Op.Cit., Hlm. 8.4.
[31]Marno & Idris, Op.Cit., Hlm. 91.
[32]Mulyasa, Op.Cit., Hlm. 88.
[33]Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., Hlm. 144.
[34]Mulyasa, Op.Cit., Hlm. 89.
[35]Marno & Idris, Op.Cit., Hlm. 82.